https://psychandneuro.duke.edu/news/jerome-s-bruner-1915-2016
"Motivasi
belajar harus benar-benar dijaga dari kejenuhan, peserta didik sebisa mungkin
harus bergairan dengan melakukan inovasi belajardari apa yang bisa dipelajari,
dan mereka harus tetap bebas dan beragam dalam berekspresi"
"Mengerjakan
subjek bukan untuk menghasilkan perpustakaan hidup tentang hal itu, melainkan
supaya peserta didik berpikir secara matematis bagi dirinya sendiri, untuk
mempertimbangkan hal-hal sebagai seorang sejarawan dan untuk mengambil bagian
dalam proses mendapatkan pengerahuan"
Jerone S.
Burner adalah salah satu psikologi terkenal dan berpengaruh pada abad kedua
puluh, ia adalah salah satu tokoh utama Revolusi Kognitif yang dalam bidang
pendidikan telah dirasakan pengaruhnya.
Burner
dilahirkan di kota New York, dan kemudian melanjutkan studinya di Universitas
Duke dan Universitas Harvard, tempat ia mendapat gelar doktornya pada tahun
1974.
Pada awal
tahun 1940-an, Jerome Bruner, bersama dengan Leo Postman, bekerja sebagai
konsultan yang kebutuhan, motivasi, dan harapan-harapan ('aset mental')
mempengaruhi persepsi.
Pada akhir
tahun 1950-an Jerome Bruner tertarik untuk sekolah di Amerika. Dan pada tahun
1959 ia mengadakan acara selama sepuluh hari di Cod Cape Hotel Wood dengan
mengundang beberapa orang-orang yang dianggap berpengaruh, seperti sarjana dan
pendidik.
Jerome
juga terlibat dalam desain dan pelaksanaan proyek yang berpengaruh MACO, yang
berusaha untuk menghasilkan gambaran kurikulum yang komprehensif atas ilmu-ilmu
perilaku. Kurikulum terkenal ini bertujuan untuk menjawab tiga pertanyaan:
1. Apakah manusia
adalah makhluk yang unik?
2. Bagaimana mereka
bisa seperti itu?
3. Bagaimana mereka
diciptakan lebih daripada itu?
Proyek ini
melibatkan beberapa ilmuwan muda, termasuk Howard Gardner, yang kemudian
berdampak pada pemikiran dan praktek pendidikan.
Pada tahun
1960 Jerome Bruner mengembangkan teori kognitif. Brunner menyatakan bahwa
kemampuan intelektual berkembang secara bertahap melalui langkah demi langkah
perubahan dalam suatu pemikiran. Pada awal tahun 1970 Bruner meninggalkan
Harvard untuk mengajar selama beberapa tahun di Universitas Oxford, di tempat
itu ia melanjutkan risetnya pada bayi dengan mengeksplorasi serangkaian bahasa
anak-anak. Pada tahun 1979 ia kembali ke Harvard sebagai dosen tamu dan dua
tahun kemudian Bruner bergabung dengan fakultas baru Sekolah Penelitian Sosial
di kota New York. Ia menjadi kritis. Terhadap 'revolusi kognitif' dan mulai
berdebat untuk membangun sebuah budaya psikologi, yang kemudian direfleksikan
melalui karyanya pada tahun 1996 yang berjudul The Culture of Education.
Ada empat tema kunci
dari buku The Culture of Education (1960):
1. Peran struktur
dalam pembelajaran dan bagaimana hal itu dijadikan pusat mengajar
Pendekatan
yang harus diambil dalam proses pembelajaran harus praktis dan mudah dipahami,
struktur pengajaran dan pembelajaran bukan hanya sekedar penguasaan fakta dan
teknik, ditengah-tengah masalah klasik transfer ilmu.
2. Kesiapan untuk
belajar
Sekolah
telah menyia-nyiakan waktu siswa, dengan menunda bidang-bidang studi yang
penting karena dianggap terlalu sulit. Padahal setiap mata perlajaran dapat
diajarkan secara efektif dalam beberapa bentuk intelektual untuk stiap anak
pada setiap tahap perkembangan.
3. Berpikir intuitif
dan analitis
Intuisi
merupakan teknik intelektual yang baru datang dan masuk akal tapi formulasinya
tentatif tanpa melalui langkah-langkah analitis dan formulasi tersebut
mempunyai kesimpulan yang falid atau tidak valid, banyak diabaikan, namun
merupakan ciri berpikir produktif.
Jerome
Bruner menuliskan bahwa ketertarikan pada materi yang dipelajari adalah
stimulus belajar yang terbaik, bukan nilai sebagai tujuan eksternal atau
keunggulan kompetitif yang lambat.
Bruner
telah menulis dua postscripts untuk bukunya yang berjudul The Process of
Education:Towards a tbeory of instruction (1996) dan The Relevance of Education
(1971). Dalam kedua bukunya ini Bruner meneruskan idenya tentang cara-cara yang
sebenarnya model intruksi mental itu mempengaruhi dunia yang siswa bangun.
B.
JOHAN HEINRICH
PESTALOZZI
https://en.wikipedia.org/wiki/Johann_Heinrich_Pestalozzi
Johan
Heinrich Pestalozzi lahir di Zurich pada 1746, ia adalah pengikut selia
Rousseau. Percobaan awalnya dalam bidang pendidikan di Neuhof, yang kemudian
dikenal dengan teori Pestalozzi. Ia berpendapat bahwa anak-anak harus belajar
melalui kegiatan dan bebda-benda, mereka harus bebas mengejar kepentingan
mereka sendiri dan menarik kesimpulan sendirim saya ingin merebut pendidikan
dari urutan yang terbawah menjadi terdepan dan murah, membuat trik pengajaran
yang efektif dan mempercayakan terhadap kekuatan alamiyah, cahaya Tuhan selalu
menyala dan terus hidup disetiap jiwa orang tua , untuk kepentingan orang tua,
yang menginginkan anak-anaknya tumbuih dalam rahmat Tuhan.
Awalnya
pengaruh perkembangan pemikiran Pestalozzi tentang pedagogi melalui bukunya How
Gertude Teaches Her Children yang diterbitkan pada tahun 1801. Ia ingin
mendirikan sebuah 'metode psikologis instruksi' yang sejalan dengan hukum alam
manusia. Sebagai hasilnya, ia menempatkan penekanan khusus pada spontanitas dan
aktifitas diri. Menurut metode tersebut seharusnya anak-anak tidak boleh
diberikan jawaban yang sudah jadi, tetapi harus sampai pada jawabannya sendiri.
Untuk melakukan hal ini, kekuatan mereka sendiri sangat berperan, penilaian dan
penalarannya harus diberdayakan dan aktivitasnya juga didorong. Tujuannya
adakah untuk mendidik seluruh pendidikan intelektual anak, walaupun hanya
bagian dari rencana yang lebih luas.
Arti penting pendidik
informal:
Pertama,
ada keprihatian terhadap keadilan sosial dan komitmen untuk bekerja dengan
mereka yang telah menderita dalam masyarakat. Pendidikan adalah sebagai pusat
perbaikan kondisi sosial.
Kedua, ia
sangat simpati terhadap kehidupan para petani dan mangingat parhatian ibunya
sebagai paradigma cara berpikir tentang bentuk pendidikan yang harus
diambilnya.
Ketiga,
ada kekhawatiran Pestalozzi dengan keseimbangan antara unsur-unsur kepala,
tangan, dan hati.
Keempat,
ia berkomitmen untuk melakutkan observasi dan refleksi, dan mencoba untuk
memahami pengalaman dan situasi.
Kelima, ia
ingin bersekolah yang menggabungkan antara pendidikan dan pekerjaan. Sekolah menjadi
unit produksi sehingga anak-anak bisa membiayai belajar mereka sendiri, dengan
demikian, mereka tidak berkewajiban untuk siapa pun. Selain itu, sekolah dapat
bebas dari campur tangan negara.
Terakhir,
ia berjuang untuk malawan tirani metode dan 'kebenaran'. Hal ini adalah ironis
karena pendekatannya seharusnya menjadi terkenal sebagai metode dan pengamat
yang mencoba membuat sistematis pikirannya.
C.
BRUCE WAYNE TUCKMAN
https://www.toolshero.com/toolsheroes/bruce-tuckman/
"
Pembentukan kelompok yang efektif setidaknya perlu dilakukan melalui tahapan
pembentukan (forming), pengembangan ide-ide sesuai tugas yang harus
diselesaikan (storming), kesepakatan aturan dan nilai yang diberlakukan
(norming), berfungsi sesiai dengan tugas dan funsi masing-masing (performing).
Tahapan berikut yaitu adjouring dan transforming, yakni kelompok membubarkan
diri dan anggota kelompok biasanya berkumpul kembali bila ada perubahan atau
kesalahan ataupun ada perubahan lainnya.
Bruce
Wayne Tuckman (1938) dikenal sebagai penulis artikel 'Developmental sequence in
small groups' yang diterbitkan pada tahun 1965.
Bruce
Tackman dikenal sebagai orang yang pertama kali mengajukan model pembentukan
suatu kelompok pada tahun 1965. Teori ini konsisten pada cara bagaimana suatu
kelompok menghadapi suatu tugas mulai dari kelompok dibentuk hingga proyek
selesai. Unuk melengkapi teori ini Tuckman menambahkan tahapan yang kelima
yaitu adjouring dan transforming.
Pada tahap ini kelompok baru
dibentuk dan diberi tugas. Dimana anggota cenderung bersifat egois. Waktu lebih
banyak dihabiskan untuk beradaptasi, merencanakan dan mengumpulkan informasi.
Pada tahapan ini kelompok mulai
mengembangkan ide-ide yang berhubungan dengan tugas mereka masing-masing.
Anggota kelompok harus memiliki sifat bijaksana, karena pada tahap ini tidak
jarang terjadi konflik akibat perbedaan pendapat.
Pada tahap ini, para anggota
kelompok mulai saling percaya satu sama lain. Tahap ini juga membuat para
anggota nyaman dan terus berkontribusi bagi kemajuan kelompok.
Pada tahap ini kelompok mulai
berfungsi sesuai dengan peran dan fungsi masing-masing. Mereka menyelesaikan
pekerjaan dengan lancar tanpa konflik yang tidak perlu.
5.
Adjourning dan Transforming
Ini merupakan tahap terakhir,
dimana proyek berakhir dan kelompok membubarkan diri. Anggota kelompok biasanya
berkumpul kembali bila ada perubahan atau kesalahan.
Setelah
pembentukan anggota kelompok dibentuk dan sebelum dibubarkan ada sebuah proses
yang berjalan ketika sedang menjalankan aktivitas kelompok tersebut, dan
seluruh proses tersebut berlandaskan pada hal-hal berikut:
Teori
pembentukan model kelompok Tuckman ini sangat popular dan banyak dijadikan
acuan oleh teoritis-teoritis lainnya.
D. FREDRICH
FROEBEL (FROBEL)
https://www.slps.org/domain/670
"Tujuan
pendidikan adalah mendorong dan membimbing manusia sebagai makhluk yang diberi
kesadaran berfikir dan memahami berbagai hal yang ada di dunia ini, maka
pendidikan merupakan representasi dari hukum batin ilahiyah melalui pilihan
diri sendiri".
"Anak-anak
penting bermain melalui keterlibatan alam, supaya mereka sadar bahwa begitu
pentingnya alam bagi keberlangsungan hidup umat manusia".
Nama
panjangnya adalah Frieddrich Wilhelm August Froebel, atau Frobel. Ia adalah
pendidik terkenal jerman, pencetus Kindergarten system atau taman kanak-kanak.
Ia dibesarkan untuk alam dan untuk jesus yang menjadi paradigma pemikiran
seorang pendidik. Frobel berusaha untuk melihat dunia dan terdorong untuk
menciptakan kesatuan persatuan dalam segala hal, khususnya dalam bidang
pendidikan.
Frobel
adalah seorang pengajar di disekolah Pestalozzian, dan ia menghabiskan waktunya
di Yverdon. Pengabdiannya yang paling penting dikenal oleh banyak orang adalah
tentang perumusan sistem Taman Kanak-kanak (Kindergarten) dengan penekanan pada
permainan dan penggunaan hadiah (Play Material) serta kegiatan (aktivitas)
sebagai instrumental pengajaran.
Friedrich
Froebel percaya bahwa manusia pada dasarnya produktif dan kreatif sebagai
fitrah manusia yang telah diberikan oleh Tuhan dan dunia. Sehingga Froebel
berusaha untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang melibatkan kerja praktis
dan menggunakan bahan-bahan langsung. Pengaruh teori Froebel berkembang melalui
pengikutnya, seperti Marenholtz-Bertha von Bulow dan Diesterweg. Sedangkan
untuk pndidikan informal lainnya, Freobel belajar melalui kegiatan sosial dan
penekanannya pada penyentuhan kehidupan.