Rabu, 21 Februari 2018

Landasan Yuridis Pendidikan Sepanjang Hayat

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang masalah
Pendididkan adalah modal utama yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Dengan pendidikan akan meninggikan manusia dan merendahkan manusia yang lain, manusia akan dianggap berharga bila memiliki pendidikan yang berguna bagi sesamanya.
Masa dari pendidikan sangatlah panjang, banyak orang yang beranggapan bahwa pendidikan itu berlangsung hanya disekolah saja, tetapi dalam kenyataanya pendidikan berlangsung seumur hidup melalui pengalaman-pengalaman yang dijalani dalam kehidupanya. Islam juga menekankan pentingnya pendidikan seumur hidup, Nabi pernah bersabda : Tuntutlah ilmu dari buain sampai meninggal dunia.
Hal ini menunjukan bahwa pendidikan berlangsung tanpa batas yaitu mulai sejak lahir sampai kita meninggal dunia. Selain itu islam juga mengajarkan untuk mempelajari tidak hanya ayat qouliyah saja, tetapi ayat-ayat kauniyah, atau kejadian-kejadian di sekitar kita. Maka jelaslah sudah bahwa pendidikan seumur hidup itu sangat benar adanya didalam kehidupan kita.
Dalam GBHN dinyatakan bahwa “pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Karena itu pendidikan ialah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.
Hal ini berarti bahwa setiap manusia indonesia diharapkan supaya selalu berkembang sepanjang hidup, dan di lain pihak masyarkat dan pemerintah diharapkan agar dapat menciptakan situasi yang menantang untuk belajar. Prinsip ini berarti, masa sekolah bukanlah satu-satunya masa bagi setiap orang untuk belajar, melainkan hanya sebagian dari waktu belajar yang akan berlangsung seumur hidup.
Menurut konsep lifelong education, pendidikan tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Pendidikan akan selalu berlangsung dalam totalitas kehidupan, di dalam keluarga, suku bangsa, melalui agama, mesjid, gereja, sekolah formal, organisasi-organisasi kerja, organisasi pemuda dan organisasi masyarakat pada umunya, membaca buku, mendengarkan radio, menonton televisi, dan sebagainya.
Pada abad ke-19, sekolah merupakan suatu lembaga formalyang diperuntukkan bagi anak-anak yang harus taat kedisiplinan dan ketentuan-ketentuan yang sangat ketat dan kaku. Sekolah merupakan suatu keharusan dan dianggap sebgai penyebab utama kemajuan masyarakat dan industri yang sangat cepat. Sekolah merupakan tempat untuk menempa anak-anak yang dipersiapkan untuk hidup. Menurut Hummel pada waktu itu kehidupan seseorang dibagi menjadi tiga periode yang terpisah satu sama lain, yaitu : (1) sekolah dan belajar, (2) kehidupan yang aktif, dan (3) usia lanjut. Di kertas, keadaan inilah di beberapa negara di dunia ini, yang merupakan dorongan besar dalam menuju pembaruan suatu sistem pendidikan. Dan muncullah suatu konsep pendidikan sepanjang hidup (lifelong education).

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian pendidikan seumur hidup ?
2.      Apa pentingnya pendidikan seumur hidup ?
3.      Apa landasan yuridis pendidikan seumur hidup ?

C.    Tujuan
1.      Mengetahui pengertian pendidikan seumur hidup
2.      Mengetahui pentingnya pendidikan seumur hidup
3.      Mengetahui landasan yuridis pendidikan seumur hidup

Jumat, 09 Februari 2018

Tokoh Pendidikan Nonformal dan Informal



A.    JEROME S. BRUNER

Hasil gambar untuk JEROME S. BRUNER
https://psychandneuro.duke.edu/news/jerome-s-bruner-1915-2016
"Motivasi belajar harus benar-benar dijaga dari kejenuhan, peserta didik sebisa mungkin harus bergairan dengan melakukan inovasi belajardari apa yang bisa dipelajari, dan mereka harus tetap bebas dan beragam dalam berekspresi"
"Mengerjakan subjek bukan untuk menghasilkan perpustakaan hidup tentang hal itu, melainkan supaya peserta didik berpikir secara matematis bagi dirinya sendiri, untuk mempertimbangkan hal-hal sebagai seorang sejarawan dan untuk mengambil bagian dalam proses mendapatkan pengerahuan"
Jerone S. Burner adalah salah satu psikologi terkenal dan berpengaruh pada abad kedua puluh, ia adalah salah satu tokoh utama Revolusi Kognitif yang dalam bidang pendidikan telah dirasakan pengaruhnya.
Burner dilahirkan di kota New York, dan kemudian melanjutkan studinya di Universitas Duke dan Universitas Harvard, tempat ia mendapat gelar doktornya pada tahun 1974.
Pada awal tahun 1940-an, Jerome Bruner, bersama dengan Leo Postman, bekerja sebagai konsultan yang kebutuhan, motivasi, dan harapan-harapan ('aset mental') mempengaruhi persepsi.
Pada akhir tahun 1950-an Jerome Bruner tertarik untuk sekolah di Amerika. Dan pada tahun 1959 ia mengadakan acara selama sepuluh hari di Cod Cape Hotel Wood dengan mengundang beberapa orang-orang yang dianggap berpengaruh, seperti sarjana dan pendidik.
Jerome juga terlibat dalam desain dan pelaksanaan proyek yang berpengaruh MACO, yang berusaha untuk menghasilkan gambaran kurikulum yang komprehensif atas ilmu-ilmu perilaku. Kurikulum terkenal ini bertujuan untuk menjawab tiga pertanyaan:
1. Apakah manusia adalah makhluk yang unik?
2. Bagaimana mereka bisa seperti itu?
3. Bagaimana mereka diciptakan lebih daripada itu?
Proyek ini melibatkan beberapa ilmuwan muda, termasuk Howard Gardner, yang kemudian berdampak pada pemikiran dan praktek pendidikan.
Pada tahun 1960 Jerome Bruner mengembangkan teori kognitif. Brunner menyatakan bahwa kemampuan intelektual berkembang secara bertahap melalui langkah demi langkah perubahan dalam suatu pemikiran. Pada awal tahun 1970 Bruner meninggalkan Harvard untuk mengajar selama beberapa tahun di Universitas Oxford, di tempat itu ia melanjutkan risetnya pada bayi dengan mengeksplorasi serangkaian bahasa anak-anak. Pada tahun 1979 ia kembali ke Harvard sebagai dosen tamu dan dua tahun kemudian Bruner bergabung dengan fakultas baru Sekolah Penelitian Sosial di kota New York. Ia menjadi kritis. Terhadap 'revolusi kognitif' dan mulai berdebat untuk membangun sebuah budaya psikologi, yang kemudian direfleksikan melalui karyanya pada tahun 1996 yang berjudul The Culture of Education.
Ada empat tema kunci dari buku The Culture of Education (1960):
1. Peran struktur dalam pembelajaran dan bagaimana hal itu dijadikan pusat mengajar
Pendekatan yang harus diambil dalam proses pembelajaran harus praktis dan mudah dipahami, struktur pengajaran dan pembelajaran bukan hanya sekedar penguasaan fakta dan teknik, ditengah-tengah masalah klasik transfer ilmu.
2. Kesiapan untuk belajar
Sekolah telah menyia-nyiakan waktu siswa, dengan menunda bidang-bidang studi yang penting karena dianggap terlalu sulit. Padahal setiap mata perlajaran dapat diajarkan secara efektif dalam beberapa bentuk intelektual untuk stiap anak pada setiap tahap perkembangan.
3. Berpikir intuitif dan analitis
Intuisi merupakan teknik intelektual yang baru datang dan masuk akal tapi formulasinya tentatif tanpa melalui langkah-langkah analitis dan formulasi tersebut mempunyai kesimpulan yang falid atau tidak valid, banyak diabaikan, namun merupakan ciri berpikir produktif.
4. Motif untuk belajar
Jerome Bruner menuliskan bahwa ketertarikan pada materi yang dipelajari adalah stimulus belajar yang terbaik, bukan nilai sebagai tujuan eksternal atau keunggulan kompetitif yang lambat.
Bruner telah menulis dua postscripts untuk bukunya yang berjudul The Process of Education:Towards a tbeory of instruction (1996) dan The Relevance of Education (1971). Dalam kedua bukunya ini Bruner meneruskan idenya tentang cara-cara yang sebenarnya model intruksi mental itu mempengaruhi dunia yang siswa bangun.

B.     JOHAN HEINRICH PESTALOZZI
Hasil gambar untuk JOHANN HEINRICH PESTALOZZI
https://en.wikipedia.org/wiki/Johann_Heinrich_Pestalozzi
Johan Heinrich Pestalozzi lahir di Zurich pada 1746, ia adalah pengikut selia Rousseau. Percobaan awalnya dalam bidang pendidikan di Neuhof, yang kemudian dikenal dengan teori Pestalozzi. Ia berpendapat bahwa anak-anak harus belajar melalui kegiatan dan bebda-benda, mereka harus bebas mengejar kepentingan mereka sendiri dan menarik kesimpulan sendirim saya ingin merebut pendidikan dari urutan yang terbawah menjadi terdepan dan murah, membuat trik pengajaran yang efektif dan mempercayakan terhadap kekuatan alamiyah, cahaya Tuhan selalu menyala dan terus hidup disetiap jiwa orang tua , untuk kepentingan orang tua, yang menginginkan anak-anaknya tumbuih dalam rahmat Tuhan.
Awalnya pengaruh perkembangan pemikiran Pestalozzi tentang pedagogi melalui bukunya How Gertude Teaches Her Children yang diterbitkan pada tahun 1801. Ia ingin mendirikan sebuah 'metode psikologis instruksi' yang sejalan dengan hukum alam manusia. Sebagai hasilnya, ia menempatkan penekanan khusus pada spontanitas dan aktifitas diri. Menurut metode tersebut seharusnya anak-anak tidak boleh diberikan jawaban yang sudah jadi, tetapi harus sampai pada jawabannya sendiri. Untuk melakukan hal ini, kekuatan mereka sendiri sangat berperan, penilaian dan penalarannya harus diberdayakan dan aktivitasnya juga didorong. Tujuannya adakah untuk mendidik seluruh pendidikan intelektual anak, walaupun hanya bagian dari rencana yang lebih luas.
Arti penting pendidik informal:
Pertama, ada keprihatian terhadap keadilan sosial dan komitmen untuk bekerja dengan mereka yang telah menderita dalam masyarakat. Pendidikan adalah sebagai pusat perbaikan kondisi sosial.
Kedua, ia sangat simpati terhadap kehidupan para petani dan mangingat parhatian ibunya sebagai paradigma cara berpikir tentang bentuk pendidikan yang harus diambilnya.
Ketiga, ada kekhawatiran Pestalozzi dengan keseimbangan antara unsur-unsur kepala, tangan, dan hati.
Keempat, ia berkomitmen untuk melakutkan observasi dan refleksi, dan mencoba untuk memahami pengalaman dan situasi.
Kelima, ia ingin bersekolah yang menggabungkan antara pendidikan dan pekerjaan. Sekolah menjadi unit produksi sehingga anak-anak bisa membiayai belajar mereka sendiri, dengan demikian, mereka tidak berkewajiban untuk siapa pun. Selain itu, sekolah dapat bebas dari campur tangan negara.
Terakhir, ia berjuang untuk malawan tirani metode dan 'kebenaran'. Hal ini adalah ironis karena pendekatannya seharusnya menjadi terkenal sebagai metode dan pengamat yang mencoba membuat sistematis pikirannya.

C.    BRUCE WAYNE TUCKMAN
Hasil gambar untuk BRUCE WAYNE TUCKMAN
https://www.toolshero.com/toolsheroes/bruce-tuckman/
" Pembentukan kelompok yang efektif setidaknya perlu dilakukan melalui tahapan pembentukan (forming), pengembangan ide-ide sesuai tugas yang harus diselesaikan (storming), kesepakatan aturan dan nilai yang diberlakukan (norming), berfungsi sesiai dengan tugas dan funsi masing-masing (performing). Tahapan berikut yaitu adjouring dan transforming, yakni kelompok membubarkan diri dan anggota kelompok biasanya berkumpul kembali bila ada perubahan atau kesalahan ataupun ada perubahan lainnya.
Bruce Wayne Tuckman (1938) dikenal sebagai penulis artikel 'Developmental sequence in small groups' yang diterbitkan pada tahun 1965.
Bruce Tackman dikenal sebagai orang yang pertama kali mengajukan model pembentukan suatu kelompok pada tahun 1965. Teori ini konsisten pada cara bagaimana suatu kelompok menghadapi suatu tugas mulai dari kelompok dibentuk hingga proyek selesai. Unuk melengkapi teori ini Tuckman menambahkan tahapan yang kelima yaitu adjouring dan transforming.
1. Forming (pembentukan)
Pada tahap ini kelompok baru dibentuk dan diberi tugas. Dimana anggota cenderung bersifat egois. Waktu lebih banyak dihabiskan untuk beradaptasi, merencanakan dan mengumpulkan informasi.
2. Stroming
Pada tahapan ini kelompok mulai mengembangkan ide-ide yang berhubungan dengan tugas mereka masing-masing. Anggota kelompok harus memiliki sifat bijaksana, karena pada tahap ini tidak jarang terjadi konflik akibat perbedaan pendapat.
3. Norming
Pada tahap ini, para anggota kelompok mulai saling percaya satu sama lain. Tahap ini juga membuat para anggota nyaman dan terus berkontribusi bagi kemajuan kelompok.
4. Performing
Pada tahap ini kelompok mulai berfungsi sesuai dengan peran dan fungsi masing-masing. Mereka menyelesaikan pekerjaan dengan lancar tanpa konflik yang tidak perlu.
5. Adjourning dan Transforming
Ini merupakan tahap terakhir, dimana proyek berakhir dan kelompok membubarkan diri. Anggota kelompok biasanya berkumpul kembali bila ada perubahan atau kesalahan.
Setelah pembentukan anggota kelompok dibentuk dan sebelum dibubarkan ada sebuah proses yang berjalan ketika sedang menjalankan aktivitas kelompok tersebut, dan seluruh proses tersebut berlandaskan pada hal-hal berikut:
1. Persepsi
2. Motivasi
3. Tujuan
4. Organisasi
5. Independensi
6. Interaksi
Teori pembentukan model kelompok Tuckman ini sangat popular dan banyak dijadikan acuan oleh teoritis-teoritis lainnya.

D.    FREDRICH FROEBEL (FROBEL)
Hasil gambar untuk FRIEDRICH FROEBEL (FROEBEL)
https://www.slps.org/domain/670
"Tujuan pendidikan adalah mendorong dan membimbing manusia sebagai makhluk yang diberi kesadaran berfikir dan memahami berbagai hal yang ada di dunia ini, maka pendidikan merupakan representasi dari hukum batin ilahiyah melalui pilihan diri sendiri".
"Anak-anak penting bermain melalui keterlibatan alam, supaya mereka sadar bahwa begitu pentingnya alam bagi keberlangsungan hidup umat manusia".
Nama panjangnya adalah Frieddrich Wilhelm August Froebel, atau Frobel. Ia adalah pendidik terkenal jerman, pencetus Kindergarten system atau taman kanak-kanak. Ia dibesarkan untuk alam dan untuk jesus yang menjadi paradigma pemikiran seorang pendidik. Frobel berusaha untuk melihat dunia dan terdorong untuk menciptakan kesatuan persatuan dalam segala hal, khususnya dalam bidang pendidikan.
Frobel adalah seorang pengajar di disekolah Pestalozzian, dan ia menghabiskan waktunya di Yverdon. Pengabdiannya yang paling penting dikenal oleh banyak orang adalah tentang perumusan sistem Taman Kanak-kanak (Kindergarten) dengan penekanan pada permainan dan penggunaan hadiah (Play Material) serta kegiatan (aktivitas) sebagai instrumental pengajaran.
Friedrich Froebel percaya bahwa manusia pada dasarnya produktif dan kreatif sebagai fitrah manusia yang telah diberikan oleh Tuhan dan dunia. Sehingga Froebel berusaha untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang melibatkan kerja praktis dan menggunakan bahan-bahan langsung. Pengaruh teori Froebel berkembang melalui pengikutnya, seperti Marenholtz-Bertha von Bulow dan Diesterweg. Sedangkan untuk pndidikan informal lainnya, Freobel belajar melalui kegiatan sosial dan penekanannya pada penyentuhan kehidupan.

Landasan Yuridis Pendidikan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar belakang masalah Pendididkan adalah modal utama yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Dengan pendi...